Wednesday, March 23, 2011

KESEDERHANAAN DALAM HIDUP

sekadar gambar hiasan
Amru bin Harith meriwayatkan bahwa Rasulullah saw ketika wafat tidak meninggalkan dinar, dirham, hamba sahaya lelaki atau perempuan, dan tiada sesuatu apa pun, kecuali keledai yang putih yang biasa dikenderainya dan sebidang tanah yang disedekahkan untuk kepentingan orang rantau. (Bukhari)


Dalam kehidupan dunia yang cenderung semakin materialistik ini, sikap sederhana adalah sesuatu yang sukar.  Banyak orang cenderung mempertontonkan kemewahan dan berlebihan dengan apa yang mereka miliki. Banyak orang merasa tidak pernah puas dengan apa yang telah mereka miliki. Mereka berlumba-lumba mengumpul harta dan kekayaan. Mereka seakan tidak puas dengan apa yang telah mereka miliki. Ketika mereka telah diberikan oleh Allah kenderaan berupa motosikal, mereka ingin memiliki kereta. Malah mengejar kereta lebih mewah.

Perilaku di atas sering kali menjerumuskan manusia pada perilaku yang bertentangan dengan syariat Islam. Ketika manusia cenderung berperilaku berlebih-lebihan, sering kali pula manusia dibutakan matanya dengan melakukan perbuatan-perbuatan berupa tindakan rasuah dan bentuk jenayah lainnya. Semata-mata kerana kemewahan.

Hidup Sederhana adalah hidup tidak berlebih-lebihan, tidak bersikap mempertontonkan kemewahan di kalangan khalayak.   Hidup sederhana juga berarti ada sifat qana’ah dan senantiasa  berlaku adil serta mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah swt. Sikap hidup sederhana juga berarti bersikap secara profesional, menempatkan sesuatu pada tempatnya, menggunakan harta yang dimilikinya untuk kepentingan dan kemaslahatan umat, sentiasa berinfak dan berzakat. 


 Rasulullah saw bersabda, "Sungguh bahagia orang orang yang masuk Islam, rezekinya cukup dan Allah menjadikan dia qana'ah, berhati rela menerima segala pemberian Nya" (Muslim).

"Beruntunglah orang yang diberi petunjuk kepada Islam, penghidupannya sederhana dan merasa cukup (qana'ah) dengan apa yang ada"  (Muslim)

Dalam berperilaku hidup sederhana bukan bererti tidak diperkenankan memiliki harta kekayaan. Namun, dalam hak pemilikan harta  kekayaan harus dihasil yang sesuai dengan aturan yang digariskan dalam syar’iah terutama yang halalan thoyyiba, bersih dari suap menyuap, terhindar dari segala bentuk batil dan kefasikan, atau jauh dari landasan Islam,  tidak cacat secara syar’i, tidak ada kerakusan, tidak minta-minta apalagi mengemis yang dapat menjatuhkan martabat secara pribadi, atau kolektif. QS Al Baqarah (2):168

Oleh karenanya, sebagai seorang muslim, sudah selayaknya kita mengayakan hidup sederhana dengan cara berperilaku hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan dalam kepemilikan, dan senantiasa mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt.

No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...